Bung Murakami, Ayolah Bahagiakan Tsukuru

Table of Contents

 

Bung Murakami, Ayolah Bahagiakan Tsukuru
Ilustrasi: Ainul Yakin

Bung Murakami, Ayolah Bahagiakan Tsukuru adalah sebuah ulasan kesal Lia Arteta Mutiara yang kesal dengan banyak drama kehidupan Tsukuru. 

Rontalin.com - Kampret Murakami!!! Aku benar misuh-misuh. Aku berusaha sabar membaca detik-detik menjelang akhir; menunggu pertemuan tiga hari lagi yang dijanjikan Sara kepada Tsukuru Tazaki; menunggu tiga hari untuk memperoleh apa hal yang penting yang akan diputuskan secara jujur oleh kedua manusia yang tengah 'otw' menjalin ikatan cinta itu.

Tapi Murakami membiarkan pembaca menerka-nerka 'ending' itu. Rabu yang ditunggu tak kunjung datang. Padahal, setelah melihat proses panjang yang dilakukan oleh Tsukuru, hal yang diinginkan olehku - mungkin pembaca yang lain - adalah sebuah kepastian. Tapi kenyataannya? 

Tsukuru Tazaki, Masalahnya Kompleks

Pertama-tama, Tsukuru dilemparkan ke dalam kompleksitas masalah yang tiba-tiba, dengan suatu soal yang tidak jelas duduk perkaranya. Ia tiba-tiba terbuang dari kelompok atau sirkel pertemananannya: keempat sahabat sejatinya membuangnya. 

Sepanjang ia terbuang, terasingkan, berbagai pengalaman aneh - atau keanehan itu lahir dalam pikirannya - di mana ia merasa setiap kali ia mulai punya teman yang menyenangkan, akhirnya sang teman itu menghilang, tanpa kejelasan, tanpa selamat tinggal. Sehabis ditinggalkan oleh keempat temannya, ia punya teman bernama Haidi - yang datang untuk kemudian menghilang lagi untuk selamanya.

Di titik ini, mimpi buruk, perasaan aneh, bersalah, perasaan dikutuk sebagai orang yang tak akan punya teman - menghantuinya. Berpegang pada pengalaman pahit ditinggal teman-temannya, ia merasakan suatu trauma. Ia seakan merasa - dan menguat dalam pikirannya - bahwa ada masalah pada dirinya, sesuatu yang membuat dirinya gagal, tidak asik dijadikan teman. Lu ga asik, Tsukuru. Lu ga diajak! 

Kedua, butuh bertahun-tahun kemudian untuk akhirnya ia memahami masalah yang membuat dirinya terbuang dari pertemanan itu. Pangkal masalahnya terungkap satu demi satu saat ia mulai berjumpa dengan penuh keberanian dengan sahabat-sahabatnya: Ao, Aka, dan Kuro. Sedangkan Shiro telah meninggal. 

Tsukuru Jadi Tak Sendiri, Ada Sara Dong!

Tsukuru berpikir masalah yang lalu - meskipun masih tak terungkap akar masalahnya - dengan sendirinya telah berakhir. Waktu telah menguburnya. Namun pikiran itu tak tuntas. Dalam dirinya, pada diri yang terdalam, ada semacam perasaan halus tentang masa lalunya, tentang kepahitan 'dibuang', dan memendam dendam. Itu berarti, dalam perasaan yang paling halus, ia tidak selesai dengan masa lalunya.

Di titik ini, pertemuan dengan perempuan yang lebih tua dua tahun, bernama Sara, menjadi kunci, yang membuka kesadarannya, dan mendorong keberaniannya untuk membuka luka lama itu. Sara - dengan pertimbangannya yang lebih matang - melihat Tsukuru terikat dengan masa lalu dalam satu hubungan yang akan membuatnya terjebak dalam situasi 'kurang baik'. Sara membantunya dengan segenap upaya - mencarikan alamat teman-temannya, mengaturkan perjalanannya ke Afrika, dan yang penting, dia menjanjikan suatu harapan bahwa selepas ia mampu melewati perjalanan pengungkapan masa lalunya yang pahit  itu, ia bersedia menjadi teman dekatnya. Dalam arti lain: ada kemungkinan besar mereka melaju pada hubungan sebagai pacar, dan seterusnya.

Tsukuru mencintai Sara. Bagaimana dengan Sara? Ia nampak lebih penuh pertimbangan dengan melihat situasi Tsukuru. Tapi setidaknya, di mata Tsukuru, dengan intensitas bantuan Sara untuk melepaskan masalah masa lalu, itu bisa dilihat atau dimaknai sebagai 'act of love'. Suatu kepedulian. 

Tsukuru Tak Bersalah

Alhasil Tsukuru berhasil menemui ketiga temannya. Terungkaplah seluruh masalah di masa lalunya yang membuatnya dibuang: ia dibuang lantaran ia dituduh memperkosa Shiro. Tak ada yang percaya bahwa Tsukuru sejahat itu. Tapi ketiga temannya tak bisa berbuat lain atas pengakuan Shiro yang terlihat betul-betul. Apalagi Shiro sungguh-sungguh hamil, gugur bayinya dan kehilangan semangat hidup hingga akhirnya ia meninggal.

Dari cerita Ao, Aka dan Kuro, ada banyak sudut pandang yang memperkaya cerita itu. Terutama dari sisi Kuro, terungkap berbagai kemungkinan mengapa Shiro menuduh Tsukuru pemerkosa dirinya. Di situ ada semacam segitiga cinta yang diam-diam tak diungkapkan: Kuro suka Tsukuru, Tsukuru suka Shiro, dan Shiro - meski tak ada ketertarikan pada perasaan seperti itu - benci melihat Kuro menyukai Tsukuru. Ah, pokoknya kompleks. Itu juga baru reka-reka dari Kuro.

Tapi yang utama, semua sepakat: Tsukuru tidak bersalah, tak mungkin sejahat itu. Siapa yang memperkosa Shiro? Sama seperti akhir kematiannya, sosok yang memperkosanya juga misterius. 

APARAT KEPOLISIAN DI KISAH INI TAK MAMPU MENANGKAP SANG PELAKU. BAHKAN KEMATIANNYA - TENTANG SIAPA YANG MEMBUNUHNYA - TETAP TINGGAL MISTERI. Eh, ini tentang Shiro, ya! 

Tsukuru dan Sara Menunggu Rabu

Setelah semua itu, Tsukuru dilanda hal baru. Kali ini, ia benar-benar mencintai Sara. Seperti sosok pemuda kasmaran, ia nyaris tak bisa menunggu lama lagi. Ingin selalu menelpon Sara; ingin ada kepastian. Sementara di sisi Sara, perempuan itu terlalu sibuk dengan berbagai bisnis dan kesibukan lainnya. 

Maka cerita akan berakhir pada hari Rabu. Setidaknya ekspektasiku membaca detik-detik akhir. Halaman demi halaman kubacai demi menemukan mata rantai kisah menjelang akhir. Lembaran makin tipis, menandai tak lama lagi mereka akan bertemu di hari Rabu: apa gerangan keputusan Sara? Bisakah ia menerima Tsukuru?

Entahlah. Silahkan baca sendiri.

Post a Comment