Semesta Cinta Manusia dan Vampire
Ilustrasi: Don Kisot |
Semesta Cinta Manusia dan Vampire adalah corat-coret Ainul Yakin sehabis menonton film sekaligus baca tetralogi Twilight, New Moon, Eclipse dan Breaking Dawn.
Rontalin - Dalam semesta fiksi yang dibangun oleh Stephenie Meyer dalam empat babak: Twilight, New Moon, Eclipse dan Breaking Dawn, manusia dapat bergaul dengan vampir dan manusia serigala. Bahkan perjumpaan yang intim itu melahirkan suatu ikatan. Cinta, misalnya, yang mengikat Bella Swan (manusia) dan Edward Cullen (vampir).
Namun betapa pun semesta fiksi itu memiliki kelonggaran-kelonggaran, namun ada banyak labirin masalah yang segera membayangi mereka. Maka, kisah yang dibangun dalam tetralogi Twilight ini, saya sebut sebagai kisah cinta – tentu dengan beragam masalah yang mengikuti. Apakah bayang-bayang masalah itu?
Kisah Cinta (yang) Abadi dan (yang) Fana
Jika ada ungkapan cinta dalam pandangan pertama, mungkin Bella adalah satu di antaranya. Sejak ia memutuskan pindah sekolah dari Arizona ke Forks, bangku kosong di sebelahnya rupanya membawa kepada siapa kelak takdir cintanya berlabuh. Duduk seorang lelaki dengan sikap yang dingin. Edward Cullen, demikian ia mengenal namanya. Betapapun dinginnya Edward, tapi di mata Bella, ia tampak begitu indah, menarik. Ia sering tak dapat mengontrol dirinya untuk tak menatap Edward.
Akhirnya cinta – lewat perkenalan, interaksi, dan terlebih lagi aksi-aksi heroik penyelamatan (sebagai bentuk diam-diam peduli) dari Edward atas Bella, memikat mereka lebih jauh. Lekas kisah, mereka menjalin cinta. Menikah. Lahir buah hati.
Namun persis dari sini (atau mungkin saat ia mulai menjalin hubungan cinta) bermula banyak persoalan. Makin lama makin ia sadari sebagai suatu hal yang serius.
Pertama, dalam semesta hidup manusia, Bella menyadari bahwa ia tak bisa menghindari hukum usia, penuaan: tubuhnya akan semakin tidak menarik, kerutan di mana-mana, tenaga yang semakin habis. Dan dia juga akan menghadapi saat-saat diserang penyakit hingga kematian.
Sebaliknya dalam semesta vampir, di mana Edward dan keluarganya hidup, nampak tak dikenal hukum penuaan dan kematian. Keluarga Cullen hidup tanpa penuaan. Tanpa penyakit dan kematian. Bagaimana ia mempertahankan cintanya pada Edward yang abadi, sementara dirinya (Bella) sendiri terikat pada kefanaan?
Kedua, Edward dan Bella adalah mahluk yang berbeda: Edward sebagai vampir dan Bella sebagai manusia. Bukankah kaum vampir – meskipun keluarga Cullen adalah vampir yang tidak memangsa dan menghisap darah manusia – ditakdirkan menghisap darah manusia?
Terbukti, begitu Bella diajak Edward bertemu keluarganya, sontak Jasper – saudara angkat Edward – menangkap aroma darah manusia dari tubuh Bella dan ia lepas kendali hendak memangsa kekasih Edward itu. Kejadian itu begitu kuat membekas dalam diri Edward. Sehingga ia memutuskan meninggalkan Bella (tepatnya, Bella tak boleh ada di lingkar kehidupan dirinya, kehidupan para vampir). Sebab itu akan berbahaya pada keselamatan dirinya.
Tapi ini cinta, bung, yang kadung memikat. Perasaan itu tak begitu mudah dilepaskan layaknya melepaskan fisiknya. Itulah yang dirasakan oleh Bella (sedih, patah hati, galau, seakan hidupnya menjadi ‘meaningless’, uhuy!) saat ditinggalkan oleh Edward. Memang ada saatnya ia mencari (mungkin) pelarian dan bertemu Jacob (teman baik sekaligus manusia serigala dari suku Quileute).
Tantangan lain dari babak kisah cinta mereka adalah saat hadirnya sosok Victoria, vampir ganas yang menyimpan dendam begitu dalam atas keluarga Edward. Duduk perkaranya, James dibunuh oleh kelompok Edward. Maka balasan yang setimpal adalah menargetkan Bella sebagai mangsanya.
Seakan hanya dengan memangsa Bella, maka dendam itu bisa setimpal. Victoria pun membentuk kawanan vampir baru peminum darah manusia. Keluarga Cullen tentu saja tak tinggal diam. Ini bukan semata-mata soal melindungi kekasih Edward, tapi ini soal kehormatan keluarga: tak boleh ada satu pun dari keluarga yang dibantai oleh vampir lain.
Victoria dan kawannya berhasil dikalahkan. Pertama, tentu saja berkat perlindungan keluarga Cullen yang begitu ‘hidup mati’ demi Bella. Kedua, tak bisa dipungkiri ada sosok Jacob dan kawanan serigala lainnya yang ikut membantu melindungi Bella.
Pada satu babak dalam hidupnya, Bella akhirnya berubah dari manusia menjadi vampir. Sejak saat itu, ia tak mengalami sakit dan tidak lagi dibayangi kematian. Tak dibayangi ketakutan menjadi mangsa dari vampir-vampir penghisap darah manusia. Lebih penting, di situ mereka bisa merasakan cinta abadi dalam arti yang sesungguhnya.
Melahirkan Manusia Setengah Vampir
Soal lain muncul saat Bella hamil, dan kelak lahir sebagai perempuan bernama Renesmee. Saat Renesmee masih dalam kandungan, ia sudah menghadapi ancaman. Di antaranya dari manusia serigala. Bayi itu yang akan lahir sebagai manusia setengah vampir dipandang sebagai ancaman bagi umat manusia, dan manusia serigala juga. Membiarkan bayi itu lahir sama saja dengan membiarkan ancaman itu menjadi nyata.
Namun di kelompok manusia serigala juga tak satu suara, tak selamanya pandangan itu disepakati. Jacob menolak membunuh Bella, dan itu berarti ia berdiri sebagai pihak yang tidak setuju dengan pandangan bahwa bayi itu sebagai ancaman. Maka upaya untuk membunuh bayi itu berujung gagal.
Ancaman lain datang. Suatu hari, Jacob, Bella dan putrinya bermain ke tengah hutan dan bertemu dengan Irina (Pasukan Volturi). Irina langsung menarik kesimpulan dan memberi kabar kepada Aro, petinggi Volturi, kabar mengenai Renesmee. Bahwa anak dari pasangan Edward dan Bella itu, adalah sejatinya sosok manusia biasa. Namun anak itu sudah diubah menjadi vampir. Sehingga ia akan hidup abadi sebagaimana layaknya vampir.
Tentu saja itu masalah krusial, dan melanggar perjanjian. Masalah utamanya adalah jika manusia – masih kanak-kanak – telah dibekukan (dijadikan vampir dengan hidup abadi), maka ada banyak sisi kepribadiannya yang belum matang yang ikut dibekukan. Dengan kata lain, meski tubuhnya mengalami proses perkembangan, tapi ada bagian tertentu seperti kepribadiannya akan terjebak pada masa kanak-kanak. Layaknya masa kanak-kanak, dia akan hidup bebas tanpa aturan, tanpa rasa bersalah dan dosa dengan apa yang ia perbuat. Situasi itu akan menjadi ancaman. Ia bisa membunuh tanpa bisa dikendalikan sikap dan kepribadiannya. Itulah yang ditakutkan. Itulah yang disebut sebagai aturan yang tak boleh dilanggar.
Situasi itu berkembang berpotensi menjadi konflik besar. Keluarga Cullen telah mengambil sikap siaga, menjaring dukungan dari vampir-vampir lain. Betapa pun keluarga Cullen tak ingin terjadi pertempuran besar ini, tapi situasinya terbuka pada meletusnya perang.
Beruntungnya, mereka seakan digerakkan oleh etika perang. Pasukan Cullen dan pasukan Voulturi tidak langsung pecah dalam perang. Mereka memilih jalan dialog terlebih dahulu, memastikan bahwa anak itu bukan sosok manusia abadi. Bukan sosok bayi manusia yang diubah menjadi vampir. Melainkan memang sejak dalam kandungan adalah manusia setengah vampir.
Terbukti bahwa Irina membawa informasi yang salah kepada Aro, maka ia pun dibunuh atas kesalahannya.
Post a Comment